السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Saturday, May 19, 2012
*** Rindu Dibatas Senja ***
Aku masih melirik raut wajah manismu
Ketika senja mengabarkan bahwa siang telah berlalu
Dan ranting pohonpun bernyanyi
Lewat gemerisik dedaunan yang menari-nari.
Ada rindu di sudut matamu
Ketika kurengkuh pesona kasih nan membiru
Tak dapat ku pungkiri
Ada jalinan rindu menghuni istana hati.
Tiap warna di langit jingga adalah lagu
Biasnya mengalunkan musik nan syahdu
Ketika ranum langit mengisyaratkan isi hati
Tentang rindu dibatas senja yang berlari.
di terik siang yang garang
peluh membasahi tubuh
letih menyayat nadi-nadi
hingga darah membuncah merah
menandai jejak tapak kaki
tetapi tak ada rasa sakit di tubuh ini
tetap saja semangat menggeluti bumi
tersebab terbayang sebentar lagi senja
di mana akan aku mandikan segala duka lara
di telaga kasihmu yang bening
sebening airmata bidadari menagis haru
berjumpa kekasih hati yang selalu di puja.
Kan kusambut hadirmu di tepian telaga
Dimana bayu membelai selembut angin surga
Kan kusiapkan wewangian melati
Sebagai penambah keharuman senja nanti.
Dan dengarkanlah bisik merdu rumpun dedaunan
Menyenandungkan selaksa lagu kerinduan
Cermatilah tiap petikan nada terpisahnya ranting
Memisahkan diri dari helaian daun yang mengering.
Bertaburan di hembus bayu biru
Perlahan jatuh diatas hamparan tanah itu
Romantika senja kian terasa
Menghias rindu dibatas senja merona.
senja telah beranjak pergi
tinggalkan seikat kembang melati
menggantung di leher seorang bidadari
berdiri menyambut kehangatan purnama
keperakan cahaya purnama terbaring manja
mendekap riak gelombang asmara
hingga menggulung tinggi menyentuh kaki langit
gemawan pun tersenyum genit mencubit
malam semakin jatuh ke dalam
terlelap buaian kidung asmaradhana
tusukan-tusukan angin dingin tak lagi terasa
khusyuk berasik masyuk bersama kekasih abadi.
Jelaga tak lagi menyapa
Ketika semburat kerlip bintang berseri
Menyeret bias purnama berdendang menari.
Bentangan langitpun tersipu
Menarik selimut awanan kelabu
Sedang bayu berbisik lirih
Membawa gemulai kesejukan kasih
Seiring langkah malam melaju
Telusuri lembah dawai merayu
Bersenandunglah dua sejoli
Menuju perdamaian kisah kasih sejati.
kupetik satu bintang di langit yang berkedipan
di rambutmu yang tergerai indah, kuselipkan
betapa makhota bidadari surga tercipta
dalam dekapan malam bernuansa romansa
lelaplah engkau wahai dewi surga
kidung angin nan syahdu kan menyejukanmu
membelaimu dengan sentuhan lembut sutera biru
membawamu ke istana mimpi para bidadari
kan kujaga dikau hingga pagi menyapa
kala embun paling pagi jatuh berayun di pucuk daun
di sana, di kaki langit jingga
kita sujud bersama.
Sujud dalam rengkuhan kasih-Nya
Memohon ampun, berkah dan rahmat-Nya
Damai kiranya hati
Melangkah pasti direntang jalur Illahi
Tersibaklah jendela cakrawala dunia
Riuh bakti gempita manusia
Disana ladang amal tuk kau gali
Dan disini aku menanti
Kala senja mengajakmu pulang melangkah
Membawa hamparan berkah
Untuk kita alirkan kembali
Sesuai ketentuan Sang Pemberi rizki.
kini aku berdiri lagi di puncak bukit senja
dengan badan berlumuran penuh jelaga.
berharap engkau menyambutku dengan senyum paling manja,
mendekap erat meski keringat bercucuran hebat.
sebagai tanda engkaulah perhiasan dunia paling indah
yang dilupakan kaum pria.
bersama kesejukan air wudlu engkau menggamitku malu-malu,
memandikan kenangan dalam siraman doa dan permohonan,
kepada matahari yang sebentar lagi bergegas pergi,
agar tidak meninggalkan senja dalam dekapan kelam.
sebasuh muka engkau sirami perlahan,
dingin menyejukan dadapun semaikin mengembang,
duduk terbaring di bidang savana senja,
engkau memainkan jemari menyedu secangkir teh wangi.
Dan kau tersenyum mesra menyapa
Memalingkan rindu di beranda senja
Mengupas arti gelora kasih
Melukis bahagia di lembar kanvas putih
Lalu, kau kisahkan sebuah legenda
Dongeng bakti di medan laga
Dimana berkah-Nya mampu kau tuai
Ketika tepat, kau tebaskan sebilah samurai
Penat kiranya sekujur jiwa dan raga
Mendaki bukit harap hingga senja bertahta
Berbaringlah, dan pejamkan netra hingga pagi kembali
Esok kan kau dapati, mentari tersenyum penuh arti.
Karya: Al-Khansa Khasanah Roudhotul Jannah & Angin Samudera.
Hong Kong - Indonesia, 17-19/05/2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment