السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Wednesday, November 30, 2011
*** Warna Cinta Kita ***
Aneka warna di sana
Hiasi indahnya cinta kita
Penuh gelora rindu
Yang kian menggebu
Ada bahagia menyeruak mesra
Kala hati kita bertaut manja
Ada duka menyayat pilu
Kala prahara membalut kelu
Kau yang berjiwa besar
Hatimu di penuhi rasa sabar
Kala badai datang menjelang
Menyapa kokohnya karang
Aneka warna cinta kita
Ajarkan ketabahan dalam jiwa
Dengan kelembutan hatimu
Kau mampu luluhkan egoku
Percayalah akan ketulusan hati
Yang slalu ingin berbagi
Walau nyata dinding menghadang
Kokoh tinggi menjulang
Namun indahnya warna cinta kita
Kan tetap indah dengan sinarnya
Memancar indah berseri
Bagai sinar mentari pagi....
*Karya: Al-Khansa Khasanah Roudhotul Jannah*
Tuesday, November 29, 2011
*** Try to Remember ***
Try to remember the way
That we had walk together
Try to remember that song's
That we singing together
It's about our old memories
When you and me
Still together in one way
To reach our special thing's...
How beautifull that day
When your smile looks so sweet
How great that moment
When your laughing was so free
Looks that world was so kinds
Smiling at me with new random fligh
Full of colours was stay there
Cathing by my eyes
Oh... how great this life
When we know
The rules of life
It seem to be bright
Such as that garden
Our heart should be
Fully smiled with joys and laugh
No more sadness thing will be...
*Karya: Al-Khansa Khasanah Roudhotul Jannah*
Monday, November 28, 2011
*** Sesejuk Embun Surga ***
Semalam... padamu ku bercerita
Tentang kisah si gadis jelita
Arungi alur naskah Sang Sutradara
Merambah rimbunnya rimba raya
Padamu... tlah ku ungkapkan
Segala gundah yang melaga
Di sekujur jiwa nestapa
Dan riuhnya jeritan sukma
Darimu... ketenangan bertahta
Baluri resahnya jiwa
Bagai kesejukan embun surga
Meresap menggugah asa
Ingatlah setiap kata
Yang ku tata merapat cahaya
Kala butir-butir mutiara
Basahi pipi merah merona
Dan kau... bijak berkata
Ungkapkan keteduhan jiwa
Hadirkan kesegaran rasa
Di semenanjung selatan sukma
Lihatlah dengan seksama
Kala netramu sentuh bayang adinda
Tiada duka menerpa di sana
Tawa ceria terukir tiada jeda...
*Karya: Al-Khansa Khasanah Roudhotul Jannah*
Sunday, November 27, 2011
*** Jejak Langkah Bidadari ***
Lembut ayunan langkah bidadari
Menapaki hari demi hari
Kharisma wajahnya kian berseri
Senyumnya manis memikat hati
Lemah gemulai lentik jemari
Menarikan tarian sanubari
Tertelan kedahsyatan surgawi
Demi menggapai ridho Illahi
Pusaka mustika hati
Bersinar memagut nadi
Melemah petir menghampiri
Ulurkan kesyahduan nan abadi
Kilau permata biru indah berseri
Bias cahayanya menembus hati
Hingga jauh ke sisi dinding sanubari
Mengambang diantara ruang sunyi
Takdirnya kian menjadi
Tentukan lingkaran jalan bakti
Berdesakan mengukir mimpi
Yang terukir jauh di lubuk hati
Jejak langkah bidadari
Telusuri rimba melati
Pada alunan syahdu para sufi
Demi menggapai cinta nan suci...
*Karya: Al-Khansa Khasanah Roudhotul Jannah*
Saturday, November 26, 2011
*** Kelembutan Kasih Biru ***
Duhai kekasihku...
Selembut mungkin kan ku belai jiwamu
Kan ku bawa kau tuk arungi samudera biru
Memindai syahdunya buaian rindu
Bersamamu ku kan melaju
Telusuri lembah terjal berbatu
Tiada lagi gundah mendera batinku
Saat jiwamu dan jiwaku khusyuk menyatu
Kelembutan kasih biru
Kan ku hadirkan selalu
Berbahagialah duhai sayangku
Percayalah akan segala niatan suciku
Kan ku hadirkan kembali syahdu cintaku
Kan ku ayunkan kembali merdunya asmara qolbu
Kan ku hapus sgala keresahan di jiwamu
Hingga musnahlah gumpalan pilu
Sayang...
Seluas hamparan langit yang membentang
Salam santunku padamu kan tertuang
Terciptalah kesejukan baluti jiwa nan gersang
Kelembutan kasih biru
Selembut kasih seorang ibu
Hanya untukmu duhai kekasih hatiku
Percayalah.. akan kelembutan kasih biru...
*Karya: Al-Khansa Khasanah Roudhotul Jannah*
Friday, November 25, 2011
*** Yang Gila Yang Waras ***
Di ujung jalan setapak nan sepi
Beliau berjalan seorang sendiri
Sosok insan yang seolah tak berakal
Dengan tatanan rambut gimbal
Dekil tak terawat
Kusam kesan yang melekat
Pakaian kebesarannya
Penuh ventilasi di mana-mana
Berbicara seorang diri
Tawanya pun mengiringi
Kala klakson mobil terdengar
Beliau menyingkir ke trotoar
Di lain kesempatan di ujung jalan
Para pemuda berjalan beriringan
Kala klakson mobil terdengar
Tak jua minggir ke trotoar
Namun... teriakan di lontarkan
"Berisik...!!" cukup mengagetkan
Membuatku bertanya dalam hati
Akan kedua kisah tadi
Nyatanya... yang gila masih berakal
Dan yang waras kehilangan akal
Di tengah dunia yang panas
Ternyata yang gila yang waras...
*Karya: Al-Khansa Khasanah Roudhotul Jannah*
Thursday, November 24, 2011
*** Sisa Tetesan hujan ***
Sisa tetesan air hujan
Masih membasah berkilauan
Melekat di tiap lembarnya
Aneka daun penuh warna
Sisa tetes air hujan pagi tadi
Hadirkan kesegaran alami
Pulihkan semangat dalam dada
Ciptakan kekuatan yang tiada terkira
Kesejukan alam sekitarku
Menyeruak meresap dalam batinku
Kedamaian kian terasa
Kala rahmat-Nya kembali menyapa
Allohhu Robbi...
Kasihmu lembut membasuhi
Jiwa-jiwa kering kerontang
Di sepanjang padang ilalang
Yaa Allah yaa karim
Di setiap musim dan iklim
Kau tebarkan pesona swarga loka
Penuh kasih sejukkan jiwa
Sisa tetesan hujan
Pancarkan murninya kebeningan
Kebeningan cinta-Mu
Pada seluruh alam dan ciptaan-Mu...
*Karya: Al-Khansa Khasanah Roudhotul Jannah*
Wednesday, November 23, 2011
*** The Most Powerfull ***
It's really wonderfull
When you try to look around
How beautifull this world
How great this world
See that waterfall
So great so nice
The cave around
And the fantastic stream
See all the tree around there
So green so nice
Let's feel it...
The freshness air
This life was so perfect
This world was so great
Who has make it
The whole universe
The whole universe
Allah is the most powerfull
The creator of you and me
The creator of this world
The creator of heaven
He is the most perfect
The most powerfull
That make everything in this world
With special love and touch....
*Karya: Al-Khansa Khasanah Roudhotul Jannah*
Tuesday, November 22, 2011
*** Cinta Putih ***
Cinta putih kini tlah kembali
Hadir penuhi relung hati
Harum semerbak wangimu
Hiasi istana qolbu ku
Kau yang lama menghilang
Kini tlah kembali pulang
Memeluk hangat istana biru
Dengan belaian lembut kasih-Mu
Cinta putih kini bersemi lagi
Tumbuh indah berseri-seri
Bagai tetesan embun syurga
Kau hilangkan dahaganya rasa
Cinta putih membawaku kembali
Pada arah tujuan yang pasti
Mengukir asa di relung qolbu
Bermuara di ujung rindu
Rindu akan indahnya kasih-Nya
Yang senantiasa lembut menyapa
Rindu akan halusnya cinta Illahi
Yang tiada pernah terganti
Trima kasihku pada-Mu
Atas cinta putih-Mu
Yang kini memeluk nadi
Mengiringiku menggapai mimpi....
*Karya: Al-Khansa Khasanah Roudhotul Jannah*
Monday, November 21, 2011
*** Menuju Cinta-Mu ***
Sudah saatnya tuk melangkahkan kaki
Menggapai segala cita dan cinta
Saatnya untukku berlalu pergi
Dari kesendirian nikmati senja
Kini saatnya tuk tentukan arah
Membuka hati menjalin rasa
Menjalin rindu menuai berkah
Buah bahagia kemurnian cinta
Lama sudah ku abaikan sebuah rasa
Ku biarkan semua rindu berlalu
Mengisi keindahan istana rasa
Karena ku yakin akan karunia-Mu
Kau yang hadirkan syahdunya rasa
Pada setiap hamba-hamba-Mu
Dan Kau yang tumbuhkan cinta
Pada insan yang sabar menunggu
Menunggu akan takdir hidupnya
Dengan lantunan dzikir pada-Mu
Kau-lah pemilik syahdunya cinta
Yang ku rindu tuk sejukkan istana qolbu
Belai lembut kasih-Mu
Dalam setiap desah nafas hamba
Adalah wujud symphoni kasih nan merdu
Selembut semilir angin swarga-loka....*Karya: Al-Khansa Khasanah Roudhotul Jannah*
*** Kembalilah Menuai Rindu ***
Masih ingatkah duhai ibunda
Saat pertama kita saling jumpa
Tapak tangan erat menyatu
Beruluk salam syahdu mendayu
Seiring waktu merentang masa
Tali silahturahim terjalin mesra
Lembut santun budi bahasamu
Sejukkan kegersangan jiwaku
Kaulah pelipur lara
Kala diri di landa duka
Kaulah penghapus pilu
Pengusir gelisah dalam hatiku
Kini...saatnya kau kembali
Ke pangkuan ibu pertiwi
Di sana... keluarga tercinta
Telah menunggu begitu lama
Cukup sudah kau berjuang
Demi keluarga tersayang
Kembalilah menuai rindu
Dalam balutan kasih nan biru
Hanya do'a yang ku rangkaikan
Sebagai teman di perjalanan
Semoga damai baluri hati
Rahmat dan berkah kian membanjiri...
HK, 19 June 2011
*Karya: Al-Khansa Khasanah Roudhotul Jannah*
Sunday, November 20, 2011
*** Kisah Sendu Sang Pujangga ***
Gelombang kehidupan kian menderu
Menyisir luasnya samudera terbaru
Desir angin kencang menerpa
Bagai amukan malam tak berpelita
Langit malam sendu membisu
Tiada berkesan di malam kelabu
Kala purnama syahdu menyapa
Pantai kehidupan seorang pujangga
Bagai camar di langit kelabu
Kau terbang mengitari lautmu
Bagai merpati di malam sepi
Kau terbang menggapai mimpi
Kesejukan hati kian menyatu
Kala jilatan ombak santun bertamu
Ketenangan hati kau genggam kembali
Kala bias cahaya purnama memikat nadi
Pujangga di malam syahdu
Duduk terdiam memintal rindu
Pada rangkaian mutiara kata
Utarakan lembutnya rasa
Setara deru ombak di pantai biru
Meliuk rasa di rongga qolbu
Tersenyum tipis menatap langit
Mencoba bangkit walau terasa sulit...
*Karya: Al-Khansa Khasanah Roudhotul Jannah*
==> Jeritan Histeris Tengah Malam <==
Mini bus yang membawaku dan rombongan teman-teman akhirnya sampai juga pada tempat tujuan, yaitu Pantai Ayah. Teman-teman segera berhamburan keluar dari mini bus yang kami tumpangi dari depan sekolahku tadi. Setelah itu kami pun segera mencari lokasi yang tepat untuk mendirikan tenda. Sesuai dengan kesepakatan bersama akhirnya kami mendirikan tenda di dekat selokan kecil berukuran lebar sekitar 50 cm.. Namun selokan ini mengalirkan air yang cukup jernih yang bisa digunakan untuk mencuci atau untuk dimasak sebagai air minum.
Hari ini adalah untuk pertama kalinya aku ikut camping di pantai. Teman-teman nampak sibuk mendirikan tenda. Camping kali ini adalah camping gabungan bersama SMA-SMA se-kabupaten Banyumas. Tujuan camping kali ini tidak hanya sekedar untuk refreshing, tapi karena kami semua ingin mencoba mendaki tebing karang yang konon kabarnya ada di sekitar bukit dekat pantai tempat kami mendirikan tenda.
Aku sibuk membongkar cariel yang berisi berbagai bekal dan peralatan. Setelah semua tenda selesai didirikan, satu persatu teman-teman mulai berhamburan ke arah pantai. Hingga akhirnya tinggallah aku sendiri. Duh... nasib... lagi-lagi aku harus sendirian menjaga sekian banyak tenda.
Setelah hari mulai gelap semua kembali ke camp. Ada yang basah kuyup dan kotor penuh pasir. Ada juga yang membawa ikan dari nelayan setempat. Ikan-ikan itu pun diserahkan padaku setelah dibersihkan sebelumnya. Akhirnya ikan-ikan itu pun aku masak dengan wajan kecilku yang kubawa dari rumah.
"Waduh Non, sempet-sempetnya bawa wajan. Gak rugi deh camping ngajak kamu." Kata salah seorang seniorku.
"Ya iyalah..." kataku singkat sambil menyiapkan segala sesuatunya.
"Apa ini... !" Teriak salah seorang kawan dari dalam tenda yang tepat di belakangku. Aku segera menoleh dan menyorotkan lampu senter ke arah yang dimaksud. Ternyata susu bendera kalengan yang tumpah di atas terpal.
"Waduh siapa sih yang naruh susu di sini, sayang banget neh, gimana neh...?" katanya sambil memandang ke arahku. Tanpa pikir panjang aku segera memindahkan tumpahan susu bendera itu ke wajan yang berisi ikan laut. Kawanku hanya bisa melongo melihat ulahku. Sementara aku hanya nyengir sambil mengisyaratkan padanya untuk diam. Dia pun hanya mengangguk sambil bergidik jijik.
Gak berapa lama kemudian ikan yang kumasak pun matang dengan wangi yang menggoda. Segera aku bagikan kepada teman-teman yang dari tadi sudah menunggu menu makan malam. Dengan cepat mereka menyantap.
"Wah... uenak banget, kok kamu pinter masaknya? bumbunya apa neh?" Tanya salah seorang seniorku.
"Masa enak sih? habiskan dulu, nanti tak kasih tau deh resepnya" Kataku dengan senyum pasti. Dengan cepat hidangan ikan laut pun habis disantap teman-teman.
"Masih ada lagi gak ikannya? aku belum kebagian neh?" Kata salah seorang kawan yang baru datang menikmati indahnya suasana malam di pantai.
"Udah habis. Suruh siapa gak balik-balik, gak tau orang pada kerepotan di sini." Kataku dengan santainya.
"Non, apa resepnya neh?" tanya salah seorang dari mereka.
"Biasa aja kok. Cuma ada tambahan dikit, itu tuh tumpahan susu bendera di terpal itu." Kataku sambil menahan tawa.
"Iya bener tuh, susu bendera yang tumpah tadi dia ciduk pake sendok lalu dimasukkan ke dalam wajan yang buat masak ikan." kata kawanku yang pertama kali menjerit tadi. Akhirnya semua ketawa, lalu kata mereka.
"Gak apa-apa, vitamin." ^_^
Setelah semua selesai akhirnya aku dan teman-temanku segera membersihkan peralatan masak dan peralatan makan tadi. Malam terus beranjak mengukir gelap di antara deburan ombak di pantai. Malam ini memang tidak ada acara khusus. Malam ini semua diminta untuk istirahat penuh karena besok pagi kami akan diajak untuk mendaki tebing karang yang dimaksud. Ada yang menikmati malam itu dengan jalan-jalan di pantai bersama kekasih hatinya, ada yang hanya duduk-duduk di kursi bambu yang telah tersedia di bawah pohon waru. Ada juga yang hanya duduk di dalam tenda sambil bermain kartu poker.
Sementara aku hanya duduk-duduk di pinggir selokan bersama seniorku, mbak Pipit yang sedang asyik ngobrol dengan seorang kawannya dari Cilacap. Mereka asyik diskusi masalah seputar pengalaman camping bersama teman-teman. Sesekali aku tersenyum sebagai respon aku ikut mendengarkan obrolan mereka. Sementara itu aku asyik memainkan lilin-lilin kecil yang menjadi penerang kami saat itu. Kedua kakiku kumasukkan ke dalam selokan yang mengalirkan air jernih itu. Aku asyik menikmati aliran airnya yang bening. Sambil sesekali mendekatkan lilin ke dalam selokan, mencoba menangkap ikan-ikan kecil yang berenang kesana-kemari.
Malam kian larut, entah kenapa kurasakan kejenuhan yang tidak seperti biasanya. Tiba-tiba aku ingin menjerit. Akupun menyampaikan maksudku pada mbak Pipit.
"Mbak, aku ingin menjerit sepuas-puasnya."
Dengan santai dan terus menatapku dia pun berkata, "Ya sudah menjeritlah." Tanpa menunggu lebih lama lagi, aku pun segera menjerit.
"Aaaaaaaaaaaaaaaaa........" Sebuah jeritan panjangku yang membuat kaget seketika.
"Aaaaaaaaaaaaaaaaaa......" Jeritan panjang susulan dilanjut dengan jerit tangisku.
Seketika itu juga, semua penghuni tenda berhamburan keluar mencari datangnya suara. Semua mendekat ke arahku, dan bertanya kepada mbak Pipit yang tenang-tenang saja duduk di sebelahku. Mbak Pipit pun menjawab kebingungan teman-teman,
"Tidak ada apa-apa, dia cuma pengen njerit aja." Akhirnya semua mengerti dan kembali ke tenda masing-masing.
Sementara itu aku puas-puasin menangis, hingga hatiku tenang kembali. Setelah itu aku segera membasuh wajahku yang berlumuran air mata dengan kesejukan air selokan di malam itu. Lega rasanya dan lapar ^_^
Tenagaku habis buat menjerit dan nangis histeris, hingga membuat perutku terasa lapar. Akhirnya aku pun hanya makan indomie goreng yang kuremas lalu kucampur bumbunya dan makan begitu saja. Maklum, malas masak. ^_^
Malam kian larut dan dingin, kami pun kembali ke tenda untuk istirahat barang sejenak. Temannya mbak Pipit pun segera pulang ke rumahnya yang kabarnya tak jauh dari pantai Ayah ini. ternyata teman-teman di dalam tenda posisi tidurnya seperti udang diaduk dalam penggorengan, amburadul. Tidak ada posisi yang benar. Mau tidak mau harus nyelip di pinggiran.
Keesokan paginya setelah semua membersihkan diri, kami segera berjalan meninggalkan camp dan menuju tebing karang yang dimaksud. Pak Lippo selaku pelatih olah raga alam bebas ini tiba-tiba telah merangkul pundakku dan bertanya menyelidik.
"Kamu kenapa? kok njerit histeris gitu? Apa ada masalah?" Tanyanya serius. Aku hanya menggeleng sambil tersenyum, dan meyakinkan bahwa tidak ada masalah apapun.
Lalu beliau menepuk-nepuk pundakku, dan katanya, "Ya sudah kalau gak ada masalah, berarti siap dunk latihan hari ini?" Tanyanya sambil tersenyum.
"Siap dunk...pak..." jawabku pasti.
Setelah itu Pak Lippo asyik ngobrol dengan rekannya yang juga ahli di bidang Rock Climbing. Dan kami pun mulai meniti jalan di perbukitan yang menuju ke arah tebing karang. Nampaknya lokasi yang di maksud cukup jauh juga, kami harus melewati perbukitan yang sedikit terjal dan berliku. Beruntung ada kawan yang membawa radio kecil. Sebuah lagu gubahan pun melantun di antara tawa dan canda teman-teman.
Akhirnya kami semua sampai di lokasi tebing karang. Para senior yang bertugas segera menyiapkan segala peralatan. Mulai dari tali karmentel, karabinner, discender, tali prusik, dan webbing. Dua pemanjat nampak membuat tali simpul di puncak tebing karang. Sementara aku dan beberapa teman memasang webbing di badan masing-masing. Untuk permulaan, seorang anak muda yang pernah ikut kejuaraan nasional menunjukkan kebolehannya dalam tehnik memanjat tebing. Kami memperhatikan dengan seksama. Kemudian satu persatu pun mulai mencoba memanjat tebing karang itu.
Tak terasa waktu cepat berlalu, saatnya untuk kembali ke camp di pinggir pantai. Semua tampak happy dan bernyanyi riang menyusuri jalan di perbukitan yang akhirnya mengantar kami ke perkemahan.
*** Memory Di Pantai Ayah bersama para pecinta alam se kab-BMS
*Karya: Al-Khansa Khasanah Roudhotul Jannah*
*** Jalan Menuju Surga ***
Roudhotul Jannah milik ILLAHI,
Taman bunganya harum mewangi
Marilah kita berlomba-lomba untuk mencapai Ridho ILLAHI
Marilah kita berlomba-lomba untuk mencapai taman surgawi
Kerjakan fardhu yang 5 waktu, tak lupa zakat juga puasa
Sibukkan diri dalam ketaatan, cegahlah diri dari keharaman
Perbanyak sholat sujud pada ALLAH
Niscaya kita kan sampai ke surga
Barang siapa sehari semalam jalankan sholat 12 raka'at
Niscaya di bangunkan untuknya rumah yang indah di dalam surga
4 raka'at sebelum dzhuhur, 2 raka'at usai dzhuhur dan maghrib
2 raka'at setelah isya dan 2 raka'at sebelum fajar
Adapun ciri penduduk surga, slalu mengagungkan ALLAH Yang Esa
Untaian dzikir terus mengalir, mencegah kemungkaran nan batil
Tak jemu untuk menuntut ilmu, Slalu berdakwah di jalan ALLAH
 
*Karya: Al-Khansa Khasanah Roudhotul Jannah*
*** Asa di Hati Kecilku ***
Seuntai harapan yang slalu terajut sempurna...
Bersemayam dalam relung jiwaku...
Mengajakku tuk slalu tersenyum...
Menyambut datangnya hari bahagia...
Tiada pernah ku merasa lelah...
Tuk wujudkan segala impian yang ada...
Impian tuk menggapai Cinta-Nya...
Allah Yang Esa...
Walau diri berlumur dosa...
Asa ku tak pernah sirna...
Tuk memohon kepada-Nya...
Ampuni segala dosa yang ada...
Hanya Allah Yang Esa...yang tahu segalanya...
Segala isi dalam dada... yang meronta meregang lara...
Hasrat yang kian membara dan berkecamuk dalam jiwa...
Betapa diri ini begitu hina...
Yaa Allah... hadirkanlah cinta-Mu...
Untuk hamba-Mu yang berlumur dosa ini...
Rengkuhlah hamba dalam dekapan hidayah-Mu...
Rebahkanlah hamba dalam taman surga-Mu...
*Karya: Al-Khansa Khasanah Roudhotul Jannah*
*** I Love You Baby ***
I was sat under the tree
When you suddenly called my name
I tried to look around
Where that voice come from
The same time when the wind was blowing
I saw your face with the most sweety smile
So cute so handsome
And suddenly you run into my hug
You hug me very thigh
At that moment I was verry happy
You come to me
To meet me and hug me again
Almost two years we never meet each other
But now you in here
You looks more cute than before
You looks more handsome than before
But now you just 5 years old
Small boy with big eyes
Your parents really good luck
To have a son like you
I love you baby... (((^_^)))
*Karya: Al-Khansa Khasanah Roudhotul Jannah*
*** Yakin Akan Takdir-Nya ***
Hembus angin berbisik mesra mengusik
Senada denting gitar yang kau petik
Ciptakan suasana senja nan asyik
Diantara keharuman wangi bunga persik
Senja menjelajah angkasa
Bawa rinduku arungi indahnya nirwana
Kala tarian capung lembut berirama
Di atas persawahan ujung desa
Lambaian helai bunga padi
Isyaratkan nyanyian indah alami
Bangkitkan gairah di hati
Menapaki sebuah jalan bakti
Usah kau risaukan yang berlalu
Masih banyak yang datang menunggu
Jangan pernah lelah mencari ilmu
Tuk pengisi kekosongan qolbu
Dan gapailah hari demi hari
Dengan penuh percaya diri
Yakin akan takdir Illahi Robbi
Yang terbaik kan hadir menanti...
*Karya: Al-Khansa Khasanah Roudhotul Jannah*
*** Ketika Senja Mengadu ***
Di senja itu
Langit tak lagi biru
Gelap pun kian menyaru
Warnai sendunya duniamu
Kilatan petir menyambar
Gemuruh suaranya menggelegar
Senyum di wajahmu kian memudar
Di gubug bambu engkau bersandar
Gerangan apakah yang telah terjadi
Hingga kusut wajahmu terbaluti
Adakah sayatan di hati
Sebabkan luka tiada terperi
Kau ungkapkan resah di jiwamu
Ada ketakutan selimuti qolbu
Tiada ketenangan di sukmamu
Kecemasan telah memayungimu
Tenangkanlah hatimu
Hilangkanlah ketakutanmu itu
Tiada mungkin ku korbankan hatimu
Demi sesuatu yang tiada menentu
Tersenyumlah sayang
Selebar hamparan padang
Teduhkan hati nan bimbang
Agar hatimu kembali tenang...
*Karya: Al-Khansa Khasanah Roudhotul Jannah*
*** Buah kebeningan Hati ***
Kau yang pandai menjaga lidah
Tutur katamu selalu indah
Kelembutan santun bahasa
Tertata penuh pesona
Kau yang pandai menguntai madah
Dengan alunan symphoni terindah
Tebarkan pesona rahasia rasa
Taburkan kedamaian dalam jiwa
Kau yang pandai menepis resah
Seraya menghapus guratan gundah
Alirkan gumpalan kerinduan
Pada palung kesetiaan
Kau yang tulus menuang rasa
Kebeningan hatimu kian terasa
Seindah pesona senyuman
Diantara tawa riang keceriaan
Itulah buah kebeningan hati
Yang senantiasa membalutiLahiriah jiwa insan manusia
Lukiskan senyum bahagia
Kebeningan hatimu kan terpancar
Pada sorot mata yang berbinar
Hadirkan kharisma berpetuah
Bagai kuncup bunga terindah
*Karya: Al-Khansa Khasanah Roudhotul Jannah*
Saturday, November 19, 2011
*** Bangkitlah ***
Hembusan angin malam
Kian dingin menusuk tulang
Hening sepi mencekam
Tanpa cahaya bintang
Dan kau...masih tenggelam
Dalam kisah cinta usang
Rindu terus kau pendam
Tiada keberanian berterus terang
Kau masih tetap bungkam
Menanti sebuah titik terang
Di pekatnya gelap malam
Hingga adzan subuh berkumandang
Jangan hanya duduk terdiam
Bangkitlah sebelum langit terang
Tinggalkan kebisuan mencekam
Di cakrawala nan lapang
Ingat firman Allah yang tersulam
Di lembar Al-Qur'an tlah tertuang
Petunjuk hidup nikmati alam
Agar bahagia dapat kau terjelang
Seindah pancaran cahaya batu pualam
Sinar keikhlasan semakin terang benderang
Tumbuhnya cinta dari dalam
Menjadi penerang gelapnya ruang....
HK, 21 June 2011
*Karya: Al-Khansa Khasanah Roudhotul Jannah*
*** Murninya Cinta Kasihmu ***
Kau yang di landa kebisuan
Dalam hening yang bertautan
Sendiri kau renungi
Alur hidup yang telah kau lalui
Kau yang termenung melena
Pada bisik lembut kelana
Terdiam dalam sudut kenangan
Membias resahnya perasaan
Kau yang kini kian mandiri
Hasrat hatimu kian terpatri
Tegak langkahmu kian melaju
Melawan deru kelebat sang waktu
Kini... kau putuskan untuk sendiri
Jalani hidupmu seorang diri
Alihkan segala rasa di dada
Untuk Dia Yang Maha Kuasa
Hanya kepada-Nya kau kembali
Mencurahkan segala kerinduan hati
Tak ingin membagi rasa
Tak ingin menduakan-Nya
Syahdu cintamu pada-Nya
Menyentuh seisi relung jiwa
Murninya cinta kasihmu
Hanyutkanku dalam hening nan syahdu
*Karya: Al-Khansa Khasanah Roudhotul Jannah*
*** Lirih Sapamu ***
Lirih sapamu...
Lembut terdengar...
Bening bola matamu...
Indah berbinar...
Santun budi bahasamu...
Berhiaskan senyuman...
Tenang gayamu...
Hadirkan kewibawaan...
Sungguh jauh dari anganku...
Kau mampu tumbuhkan rasa...
Kau percikan cahaya ungu...
Pada jiwa rapuh tiada daya...
Bagai bunga di musim semi menyaru...
Kau buat wajah ku berseri lagi...
Bagai bulan di gelap malam kelabu...
Kau terangi gulitanya hati...
Sujud syukurku pada-Nya...
Asa ku kembali bersemi...
Bersama kedahsyatan do'a...
Kita gapai cinta Illahi...
Do'a yang terangkai dengan indah...
Dengan segenap kesungguhan jiwa...
Tercipta dari lubuk hati berbuah...
Tertuju hanya untuk-Nya...
Maha Pemberi rasa di hati..
Maha Kuasa Penyambung asa...
Maha Pemersatu dua jiwa insani...
Maha pemberi bahagianya jiwa...
Lembut terdengar...
Bening bola matamu...
Indah berbinar...
Santun budi bahasamu...
Berhiaskan senyuman...
Tenang gayamu...
Hadirkan kewibawaan...
Sungguh jauh dari anganku...
Kau mampu tumbuhkan rasa...
Kau percikan cahaya ungu...
Pada jiwa rapuh tiada daya...
Bagai bunga di musim semi menyaru...
Kau buat wajah ku berseri lagi...
Bagai bulan di gelap malam kelabu...
Kau terangi gulitanya hati...
Sujud syukurku pada-Nya...
Asa ku kembali bersemi...
Bersama kedahsyatan do'a...
Kita gapai cinta Illahi...
Do'a yang terangkai dengan indah...
Dengan segenap kesungguhan jiwa...
Tercipta dari lubuk hati berbuah...
Tertuju hanya untuk-Nya...
Maha Pemberi rasa di hati..
Maha Kuasa Penyambung asa...
Maha Pemersatu dua jiwa insani...
Maha pemberi bahagianya jiwa...
*Karya: Al-Khansa Khasanah Roudhotul Jannah*
*** Tak Perlu Cincin ***
Sayang...
Dengarlah...
Bila... suatu saat nanti
Engkau datang meminangku
Aku tak ingin cincin darimu
Cukup bagiku...
Ketulusanmu...
Kesungguhanmu...
Menerimaku... apa adanya
Mencintaiku dengan segenap jiwa
Ketahuilah...
Aku bukanlah wanita
Yang suka permata
Aku bukanlah wanita
Yang silau harta benda
Entahlah....
Semakin berkurang umur diri
Semakin aku sadari
Perhiasan itu tiada berarti
Merepotkan diri sendiri
Sayang... ingatlah...
Pesan yang ku ukir
Ku tak perlu cincin
Cukup ketulusan hati
Sebagai tanda ikatan batin
Tak perlu cincin
Sebagai simbol cintamu
Tak perlu cincin
Sebagai tanda kasihmu
Dapatkah kau pahami aku...
*Karya: Al-Khansa Khasanah Roudhotul Jannah*
*** Beri Kami Keadilan ***
Penyumbang terbesar devisa negara
Kala bertambah pendapatan negara
Kau pun tersenyum bangga
Lalu... pernahkah kau coba
Mendengar jeritan "Pahlawan Devisa"
Menanggulangi masalah yang ada
Tanpa menambah beban padanya...?
Kami tahu kami paham
Berbagai kebijakan coba kau sulam
Namun... renungkan dalam-dalam
Sebelum kau terjun menikam
Apalah arti kebijakan
Apa gunanya perundang-undangan
Bila akhirnya semakin menyulitkan
Nasib "Pahlawan devisa" di perantauan
Beri kami keadilan
Agar kami tenang di perantauan
Revisi kembali jenis perundangan
Yang semakin menyudutkan
Beri kami keadilan
Beri kami penyelesaian
Agar kami segera terbebasan
Dari pemerasan berkedok kebijakan
*Karya: Al-Khansa Khasanah Roudhotul Jannah*
Friday, November 18, 2011
*** Dermaga Kasih Biru ***
Gemuruh lautan cinta
Syahdu menggema
Alunan ombak asmara
Riuh menggelora
Desir bayu mendayu
Isyaratkan buaian rindu
Pada palung rahasia qolbu
Dermaga kasih biru
Gurita pesona rasa
Berpendar kancah alengka
Pada bisik buih ombaknya
Tertawan nyanyian sukma
Bahtera cinta di ambang raga
Arungi luasnya samudera rasa
Menuju peraduan ternama
Dermaga kasih asmara
Dermaga kasih para perindu
Berwajah manies bermata sayu
Dermaga idaman jutaan qolbu
Dermaga kasih biru....
Thursday, November 17, 2011
*** Kesejukan Cintamu ***
Kesejukan cinta yang kau tawarkan
Merasuk di kedalaman qolbu
Bagai tetesan embun surga
Kala fajar hadir bertamu
Tak kuasa tepiskan rasa
Kala bayangmu terbias lalu
Tak kuasa ku pendam gelora
Kala hati di rundung rindu
Indahnya kharisma kian terpancar
Baluti ketampanan paras wajahmu
Indahnya rona jiwa penyabar
Terbias pada santun lakumu
Kau yang mampu melaga
Diantara resah jiwaku
Kau yang mampu meraja
Pada angkuhnya dinding hatiku
Tiada lagi sedih melanda
Dalam senja yang kian meramu
Tiada lagi gundah gulana
Kala kesejukan cintamu hadir menyapa
Sejuk segar buai kasih mesra
Bak aliran bayu swarga biru
Sejuk rasa indah pesona
Sesejuk cintamu bertabur rindu...
*Karya: Al-Khansa Khasanah Roudhotul Jannah*
Wednesday, November 16, 2011
*** Selaksa Warna Cinta ***
Selaksa warna cinta menapak senja
Menghiasi indahnya cakrawala rasa
Meleburkan selaksa raga nan lena
Meniti indahnya mutiara kata
Selaksa warna cinta berselendang mega
Menggugah gejolak rasa dalam jiwa
Menghapus gumpalan ragu yang lama melaga
Menitikkan tetes mutiara rasa
Selaksa warna cinta berpayung jingga
Untaikan mesranya kalimah jiwa
Semarakkan suasana rindu di dada
Di perputaran semenanjung sukma
Selaksa warna cinta bersenandung mesra
Alirkan gelombang kisah asmara
Merajut mahligai penuh pesona
Pada dinding jiwa berpalung rasa
Selaksa warna cinta meraja
Penuhi luasnya samudera rasa
Hiasai indahnya taman istana jiwa
Seiring bias gemerlap cahaya suci-Nya...
*Karya: Al-Khansa Khasanah Roudhotul Jannah*
Tuesday, November 15, 2011
*** Sebiru Cintaku Padamu ***
Getaran rasa di hati ini
Kan selalu syahdu mengiringi
Penuh kelembutan cinta
Yang indah bagai permata
Gendang-gendang istana hati
Bertabuhan mengalun pasti
Syahdu merdu kian membahana
Suara irama symphoni jiwa
Percayalah akan kebeningan cinta ini
Sebening embun di pagi hari
Yang senantiasa sejukkan jiwa
Penghilang segala dahaga
Kaulah kekasih hati
Bertahta di megahnya sanubari
Padamu ku kan slalu merindu
Untaikan senandung cinta nan biru
Kasih...keindahan mawar biru ini
Lembut sejuk wangi terbaluti
Membiru tiada meragu
Terpancar kelembutan rindu
Kasih biru indah menyinari
Kelembutannya semakin berarti
Sebiru cintaku padamu
Yang tak lekang oleh waktu...
*Karya: Al-Khansa Khasanah Roudhotul Jannah*
Kan selalu syahdu mengiringi
Penuh kelembutan cinta
Yang indah bagai permata
Gendang-gendang istana hati
Bertabuhan mengalun pasti
Syahdu merdu kian membahana
Suara irama symphoni jiwa
Percayalah akan kebeningan cinta ini
Sebening embun di pagi hari
Yang senantiasa sejukkan jiwa
Penghilang segala dahaga
Kaulah kekasih hati
Bertahta di megahnya sanubari
Padamu ku kan slalu merindu
Untaikan senandung cinta nan biru
Kasih...keindahan mawar biru ini
Lembut sejuk wangi terbaluti
Membiru tiada meragu
Terpancar kelembutan rindu
Kasih biru indah menyinari
Kelembutannya semakin berarti
Sebiru cintaku padamu
Yang tak lekang oleh waktu...
*Karya: Al-Khansa Khasanah Roudhotul Jannah*
*** Seindah Pesona Fajar ***
Secerah suasana alam raya kala fajar menyatu...
Cahaya kemilau memancar ke segala penjuru...
Kehangatannya menyapu jagat raya...
Alam tersenyum sambut datangnya pesona...
Gurat kebahagiaan terpancar di sana...
Pesona keindahan wajah santun merona...
Manyapa indahnya salam surgawi...
Merambah jiwa yang sempat di landa sepi...
Bersama terbitnya mentari pagi terjelang...
Senyum manismu kembali membayang...
Menggoda manja beruluk salam...
Seraya menyentuh samudera tersulam...
Lembut berdesir mengalun mesra...
Diantara kilauan benang emas sang surya...
Dalam balutan kehangatan cahaya mentari...
Menggugah jiwa merajut asa dan cita di hati....
Dalam buaian kasih Illahi...
Menuntun kita menuju suatu negeri...
Yang indah bertabur pesona...
Megah tiada tara...
Di sana... kita kan bersama...
Bergandengan merajut hari indah bahagia...
Bertabur dzikir dan do'a ...
Yang kan mengantar kita meraih cita...
Bersamamu... ku kan berdo'a...
Segalanya sesuai rencana...
Dan semoga Allah Yang Esa...
Meridhoi setiap langkah kita...
_________InsyaAllah_______
*Karya: Al-Khansa Khasanah Roudhotul Jannah*
Monday, November 14, 2011
*** Manjamu Tlah Kembali ***
Lihat-lihatlah...
Manjamu kembali membuncah
Gurauanmu kembali pecah
Senyumanku pun kembali merekah
Kini... terbayang lagi...
Hangat senyuman yang dulu hiasi
Wajah santunmu... duhai kekasih hati
Hasratku ingin kembali...
Nikmati hari yang tlah berganti
Nikmati musim yang tlah menepi
Nikmati waktu yang tlah terbagi
Tuk kembalikan asa jiwa ini
Sayang...
Keberadaanmu yang terlelang
Menepi di padang gersang
Bagai belalang di padang usang
Kini... tiada lagi...
Tawamu telah kembali
Menghiasai indahnya bumi
Mewarnai pelataran hati
Wajahmu pun kembali cerah
Secerah senyum jabang bayi merah
Di peraduan indah nan megah
Kala fajar menabur berkah...
Sayang...
Sebentar lagi aku kan kembali pulang
Melepas rindu yang sempat terselang
Oleh alunan waktu yang terbentang
Tak terbayangkan...
Indahnya pertemuan
Setelah sekian lama berjauhan
Merunut rindu yang tak berkesudahan
Rasanya...
Aku ingin tuk segera
Terbang ke alam sana
Menjemput indahnya rasa
Yang tersembunyi di balik mimpi
Diantara liku mutiara hati
Menyelinap mengintip pagi
Kala netra melirik senyum mentari...
*Karya: Al-Khansa Khasanah Roudhotul Jannah*
==> Takut Ketemu Harimau <==
Senja mulai menyapa malam, aku tetap duduk manis pada tempatku sambil menatap aktivitas teman-teman di sekelilingku. Semua nampak sibuk mempersiapkan segala sesuatu untuk bekal pendakian malam itu. Para senior mulai menanyakan persiapan masing-masing pendaki yang tergolong masih pemula. Termasuk diriku. "Non, jaketmu mana?" tanya seorang senior padaku. "Ini yang ku pakai" Kataku sambil menarik helai kain jaketku. Sementara kakak senior nampak tercengang. "Hah...!!! Lo mau kondangan apa mau naik gunung...? yang bener aja, masa naik gunung pakai jaket tipis gini, lo mau mati kedinginan...?" Kata si senior sambil menahan tawa di susul lirikan dan senyum hampir semua pendaki yang ada di situ.
Aduh... jadi malu aku. Tapi aku cuma tersenyum aja mendengarnya. Sementara Ibu pembina mendekatiku sambil menyerahkan jaket yang di pakainya. "Neh, kamu pakai ini, di atas tuh dingin, nanti kamu kedinginan" Katanya sambil menahan senyum. "Waduh bu..., gimana dengan ibu...? ibu pakai apa...?" Tanyaku heran. "Tenang nanti ibu cuma di Post 1 kok, ibu gak ikut naik kok" Katanya menyakinkanku. Akupun segera menerima jaketnya dan tidak lupa mengucapkan terima kasih pada beliau.
Sesaat kemudian rombongan pendaki mulai bergerak melangkah menyusuri jalan setapak kaki gunung Slamet. Sesuai dengan anjuran senior, semua pendaki saling bergandengan tangan. Awal pendakian semua masih penuh semangat, masih segar, langkahpun serempak mantap dan kompak. Semakin tinggi mendaki, semakin sulit medan di daki, pertahanan fisik para penndaki pun tak lagi seimbang. Tangan yang semula saling erat bergandengan, kini satu persatu mulai terlepas. Para pendaki yang semula berjalan rapi seperti barisan ular kini telah tercerai-berai membentuk beberapa kelompok. Aku termasuk dalam kelompok yang melangkah paling depan.
Aku mencoba mengatur nafasku yang sudah sejak tadi mulai tersendat-sendat. Aku meminta teman-teman tuk berhenti sejenak. Begitulah, jika ada satu pendaki dalam kelompok itu kehabisan tenaga maka kelompok itupun segera berhenti tuk istirahat sebentar. Ini berlangsung terus-menerus sepanjang pendakian malam itu. Kebersamaan terasa begitu indah. Di sinilah kita bisa tahu karakteristik asli seseorang. Ketika kita hidup di alam bebas, ketika air dan bahan makanan susah di dapat, ketika lelah dan haus datang menghampiri, sementara kita harus berbagi. Kebersamaan dan kesetiakawanan sangat di butuhkan.
Malam terus beranjak, langkah kaki mulai terseok-seok, namun semangat tuk mencapai puncak tak jua surut. Desir angin malam lembut terasa. Dalam iringan gemerisik dedauanan dan derap kaki yang menginjak ranting-ranting kering yang berserakan. Kakak-kakak senior nampak terus memberi semangat. Tak terasa malam beranjak pergi, langit yang semula gelap perlahan-lahan sedikit terang. Ternyata waktu telah menunjukkan jam tiga lewat waktu setempat. Tiba-tiba kawan-kawan yang satu rombongan denganku berteriak girang. "Sedikit lagi sampai puncak, ayok percepat langkah kita, kita harus sampai di puncak sebelum matahari terbit." kata salah seorang senior.
Tanpa menunggu perintah lebih lanjut, semua bergegas tuk mendaki jalan yang sudah gak beraturan itu. Jalan yang di penuhi dengan akar-akar pohon yang malang melintang. Terkadang harus melompati akar-akar itu, terkadang harus merunduk lewat di bawah akar-akar itu. Semua nampak begitu semangat. Rombongan yang rata-rata teman-teman cowok itupun terus mempercepat langkahnya. Dan apa yang terjadi...? Aku tertinggal jauh di belakang. Aku mencoba teriak memanggil, namun nampaknya sia-sia, mereka tak mendengar teriakanku. Karena sudah terlalu jauh. punggung merekapun tak kelihatan. Suara langkah kaki merekapun telah lenyap.
Tinggallah aku sendiri, melangkah dengan sisa-sisa tenagaku. Aku terus melangkah sendirian menapaki jalan di depanku tanpa alat penerang sedikitpun. Namun mataku masih bisa melihat jalan yang ada di depanku dalam keremangan malam itu. Bayangan ketakutan mulai menghampiriku. Bukan hantu yang aku takutkan, tapi... bagaimana kalau aku ketemu harimau...? bagaimana kalau aku di cabik-cabik harimau...? Team SAR pasti tak kan menemukanku... Yaa Allah... lindungilah hamba-Mu yang lemah ini...
Tak henti-hentinya aku berdo'a memohon keselamat, hingga akhirnya nafasku seolah berhenti saat ku dengar suara langkah kaki jauh dari belakangku. Langkah itu begitu cepat makin lama makin jelas. Namun tidak terdengar suara obrolan. Hatiku semakin was-was, jantungku berdetak makin cepat. Dalam kepasrahan ku tetap mencoba dan berusaha tuk mempercepat langkahku. Dan tiba-tiba... "Mbak, sendirian aja...?" Lega hatiku mendengar suara itu...
"Iya." jawabku singkat. "Yang lain dah di depan dan sebagian masih di belakang." Kataku melanjutkan. Mereka ternyata 4 orang pendaki dari Bogor, cowok semua. "Kami jalan dulu ya mbak..." kata salah seorang dari mereka. "Iya, silahkan" kataku sedikit berat. Akupun sedikit minggir tuk memberi jalan pada mereka. Satu persatu mereka mulai meninggalkanku dan dengan cepat melompati tanjakan yang ada di depannya. Tanjakan itu emang cukup tinggi sebatas dadaku. Dalam keadaan normal tentu saja aku bisa melompatinya, namun saat itu... tenagaku benar-benar habis...
Baru saja aku ingin teriak minta tolong, salah satu dari pendaki itu membalikkan badannya dan mengulurkan tangan kanannya. Segera ku raih tangannya, dan dengan cepat dia menarikku. "Makasih, mas" kataku singkat. Dia pun tersenyum "Sama-sama mbak, maaf kami jalan dulu, mau lihat sunrise." Katanya sambil berlalu meninggalkanku sendirian lagi. Tapi kali ini aku sudah sedikit lega, ketakutanku agak hilang, walau dikit-dikit masih dag dig dug kalau-kalau ketemu harimau or macan or singa. hiiii... apa jadinya...
Langit nampaknya udah makin terang walau masih di balut keremangan malam. Samar terdengar suara ramai temen-temen yang bersorak kegirangan karena telah sampai di puncak. Hatiku makin tenang, suara-suara itu makin jelas terdengar. Ku percepat langkah kakiku... akhirnya.... sampai juga... aku menginjakkan kaki di puncak gunung Slamet. Ku lihat ke sekeliling... ternyata hampir tidak ada pepohonan. Teman-teman terlihat memainkan kameranya tuk mengabadikan keindahan sunrise di pagi itu.
Akupun turut menikmati keindahan pagi itu. Salah satu senior berteriak. "Hey lihat, itu puncak gunung Sindoro Sumbing. Sudah pernah kesana belum?" Tanyanya kepadaku. "Belum. Dan gak akan pernah ke sana" kataku menahan jengkel. "Lho kenapa...?" tanyanya heran. "Naik gunung apaan, aku tadi kok di tinggal sendirian...? kalau aku ketemu macan gimana...?" Kataku dengan sedikit mendelik. Eh dia malah ketawa. "Hahaha...kamu kan galak abis. Macannya pasti takutlah ama kamu. Buktinya gak ada macan yang nemuin kamu kan?" katanya sambil tertawa terpingkal-pingkal.
Sementara aku masih cemberut menahan rasa jengkelku. Saat itulah rombongan berikutnya mulai bermunculan meramaikan suasana pagi itu. Aku mulai menaiki bebatuan yang gersang tanpa tumbuhan. "Non berhenti, jangan tinggi2, tar kamu di terbangin angin." kata salah seorang alumni yang sudah kuanggap seperti kakakku sendiri. Diapun menyusulku dan duduk di sebelahku. Rambutnya yang panjang berantakan dimainkan angin yang bertiup cukup kencang. "Kang, sini rambutnya tak rapiin" kataku sambil melangkah dan duduk di belakangnya.
Kedua tanganku mulai membagi rambutnya menjadi dua bagian, lalu ku ikat dengan menggunakan syal hijau miliknya. Teman-teman yang melihat spontan tertawa melihat cowok gondrong di pita dua. Langsung aja salah satu dari mereka mengabadikan moment itu dengan kameranya.
Waktunya kembali ke basecamp di post satu. Semua beranjak meninggalkan puncak gunung Slamet. Semua nampak bahagia, semua bernyanyi penuh ceria. Sementara aku menikmati suasana hatiku sendiri. Kini giliranku meninggalkan teman-temanku. Dengan cepat aku melangkah turun. Aku berlari di antara jalan setapak, dan aku duduk meluncur di atas rumput yang tumbuh menurun. Dua orang senior tersengal-sengal mengejarku, menyuruhku berhenti dan memperlambat langkahku. Namun aku tidak peduli aku terus meluncur layaknya anak kecil yang sedang bermain di playground.
Setelah semua sampai di basecamp kedua senior itupun menghampiriku "Wuaduh non, kamu tuh, mentang-mentang kecil main pelorotan mulu. Kalau kamu jatuh ke jurang gimana...?" tanyanya padaku. Dengan santai ku jawab "Buktinya gak jatuh kan...? suruh siapa semalam ninggalin aku sendirian?"
Akhirnya semua ketawa... "ooo.... ngambek neh ceritanya, makanya main pelorotan...?" Sambil gemes mengobrak-abrik rambutku.
*** ^_^ **
*Karya: Al-Khansa Khasanah Roudhotul Jannah*
Sunday, November 13, 2011
*** Nikmati Dan Syukuri ***
Suasana hati...
Kadang senang kadang benci
Slalu menghiasi hari demi hari
Silih berganti...
Lihatlah...
Duniapun tak selalu cerah
Kadang mendung tak terarah
Mentari tak lagi merekah indah
Cobalah tuk nikmati
Segala anugerah Illahi Robbi
Dengan penuh syukur dalam diri
Agar kau tahu indahnya pesan Illahi
Yang hadir menyapa
Lewat masa suka maupun duka
kala anugerah menjelma
Di bentangan kisah tak terduga
Teliti dan pahami...
Hikmah mulia akan kau dapati
Pada jiwa-jiwa nan murni
Beribadah demi Illahi...
Menggapai mimpi yang ada
Dengan segenap daya dan upaya
Serta untaian do'a...
Di sepertiga malam-malamnya
Dalam hening sepi
Khusyuk dekatkan diri
Menghadap Illahi Robbi
lantunkan puja dan puji
Bermunajat kepada-Nya
Penguasa alam raya
Maha Pendengar segala do'a
Maha Pemberi segala pinta
Ada kalanya kisah yang terjadi
tak sesuai keinginan hati
Nikmati dan syukuri
Agar hidupmu lebih berarti
Tanamkan kesabaran dalam jiwa
tanamkan ketulusan dalam sukma
Tuk jalani segala kisah yang tercipta
Ikhlas menerima takdir dan ketentuan-Nya...
*Karya: Al-Khansa Khasanah Roudhotul Jannah*
==> Sungguh Luar Biasa <==
Siang terlihat terus beranjak meniti hari yang kian sepi dengan iringan riuh suara mesin-mesin jalanan. Dan di telinga kiriku menempel hp jadul kesayanganku dan tentu saja ada suara seseorang di dalamnya. Suara seorang sahabatku yang jauh di seberang, seorang bidadari kecil dengan suara yang lembut mendayu. Lagi asyik-asyiknya ngobrol suara hp jadul di pojok mejapun berbisik untuk sesaat, rupanya cuma misscall. Sambil tetap fokus ndengerin suara si bidadari kecil, aku pun segera melihat daftar list nama dan nomer telpun yang masuk daftar merindukan suaraku, ehem... sedikit pede neh... Masih enggan untukku berlalu dari suara bidadari kecil ini, hingga pihak operator menyalakan alarm pertanda pulsa limit dan harus segera offline dari calling-mengcalling... (wah ini bahasa mana neh, bisa kena komplin guru bahasaku neh kalau ketahuan) .
Tak berapa lama kemudian aku pun segera undur diri dan mengucapkan salam perpisahan dan belum sempet ku mendengar salam balasan namun suara telpon sudah tut tut tut....
Selanjutnya akupun segera mengambil hp jadul di pojok meja yang sempet berbisik sesaat. Segera aku menelpon balik ke nomer tersebut. Seorang sahabat di Hong Kong yang sama-sama terlibat dalam organisasi. Tak berapa lama telponku pun segera di angkatnya. Salam berbalas salam, teriring sapa canda ciri khas kami sebelum memulai pembicaraan ke arah yang lebih serius. Sesaat kemudian beliau mulai mengutarakan maksud dan tujuannya menelponku. Ternyata ingin membicarakan seputar tumpeng nasi kuning yang akan aku pesan.
"Dhek, saya mau nanya... tumpeng yang untuk minggu ketiga apa sudah di pesankan ke toko indonesia?" Tanya beliau dengan penuh santun dan kelembutannya.
"Saya minta tolong pada mbak ida untuk memesankannya mbak, sudah di pesankan atu belum saya kurang tahu mbak..." Jawabku sedikit menerangkan dan berusaha membalasnya dengan suara lembut, walaupun tak selembut dan sesantun beliau.
"Gini dhek... mbakyu angkat saya kan insya Allah mau datang ke acara nanti, subhannalloh.... beliau menawarkan bantuan untuk memasak, beliau juga bisa membuat nasi tumpeng... bagaimana kalau adhek pesan nasi tumpeng sama mbakyu angkat saya saja. Kebetulan tadi saya sudah tanya mbak Ida, beliau bilang pesenan adhek belum di pesenin. Bagaimana dhek...?" Tanyanya menggantung menunggu jawabanku.
"Kalau memang belum di pesenin ya gak apa-apa mbak, makasih banget kalau gitu ya mbak." Jawabanku mengakhiri bahasan tentang nasi tumpeng.
Dan kami pun masih melanjutkan obrolan ke lain topik, dan kebetulan di dalam juga ada seorang teman lagi yang turut dalam conference call. Kami bertiga asyik berbincang-bincang hingga tiba pada pembahasan seputar jodoh. Seperti biasa aku menjadi obyek yang di bahas terlebih dahulu. Mulai dari pertanyaan menyelidik soal pacar dan kriteria pendamping idaman yang aku dambakan. Dengan gamblang akupun memberikan gambaran bahwa setiap wanita tentunya ingin seorang pendamping lelaki sholeh yang mampu menuntunnya dan menjadi imamnya. Namun setiap lelaki juga ingin mempunyai seorang istri yang sholehah dan paling tidak mempunyai dasar-dasar ilmu agama yang setara dengannya. Sedangkan saya hanyalah wanita biasa yang tidak mempunyai dasar agama yang cukup. Saya tidak pernah mengenal yang namanya pesantren, bahkan saya mengalami pendidikan di sebuah sekolah swasta, sekolah katholik selama enam tahun. Keluarga saya juga bukan dari keluarga santri, apa mungkin saya mendapatkan seorang pendamping yang sesuai dengan kriteria yang saya dan kebanyakan wanita idam-idamkan...?
Pertanyaanku di balasnya dengan pertanyaan balik, "Dhek tahukah kau siapa ayah Ali bin Abi Tholib? Dan tahukah siapa Abu Jahal dhek... pamannya Nabi Muhammad saw, yang jelas-jelas menentang perjuangan Nabi dalam menyiarkan agama islam. Nabi Muhammad yang seorang Rasul saja tidak pernah memandang latar belakang keluarga Ali ketika hendak menikahkan Ali dengan putrinya, Siti Fatimah. Itu semua atas kuasa Allah swt. Dan apa yang terjadi selanjutnya? Setelah Ali ada dalam genggaman Rosullulloh saw, akhirnya Ali bin Abi Thalib menjadi seorang pemimpin besar yang membela islam. Begitu juga cucu beliau, Hasan dan Husein yang terkisah dalam peristiwa karbala. Coba pahami dhek... kita bisa belajar dari teladan yang di berikan oleh Rosullulloh saw. Jika ada seorang lelaki yang sholeh dan menaruh hati padamu,namun setelah lelaki itu mengetahui latar belakang keluargamu akhirnya memilih untuk meninggalkanmu, maka percayalah dia bukan yang terbaik untukmu.
Seorang ustadzah menikah dengan seorang ustad itu biasa
Seorang anak kiai menikah dengan seorang anak kiai itu biasa
Seorang laki-laki sholeh menikahi seorang wanita sholeh itupun hal biasa
Tapi bila seseorang yang sholeh kemudian menikahi seorang wanita yang tak tahu agama atau katakanlah menikahi wanita yang jelas-jelas bukan dari keluarga santri... atau seorang ustad menikahi wanita yang pernah hidup penuh maksiat, atau sebaliknya seorang ustadzah menikahi lelaki mantan pembunuh dan penjahat kelas kakap misalnya. Nah yang ini SUNGGUH LUAR BIASA.
Mengapa...? karena di sinilah letaknya syiar islam yang sesungguhnya. Inilah tantangan dan kesempatan bagi lelaki sholeh itu untuk menuntun si istri dan menyulap keluarga dari pihak istri yang tadinya bukan keluarga santri menjadi keluarga santri. Dan di sini ada peluang untuk menyadarkan yang dulunya hidup penuh maksiat menjadi seorang hamba yang penuh kesadaran dan pertobatan yang senantiasa berjuang untuk mempertebal keimanan."
Aku dan temanku pun serius mendengarkan wejangan beliau, sambil sesekali menimpali sebagai tanda bahwa kami masih setia mendengarkan petuah beliau yang memang sangat berbobot tersebut. Hingga akhirnya beliau pun bercerita.
"Dhek, adhek tahu siapa calon suami saya...? Seorang penyanyi gereja di jakarta dengan gelar S2. Semula hanya perkenalan biasa dan saudara saya yang mengenalkan. Tapi beliau sebelumnya memang sudah pernah melihat foto-foto saya. Kami berkenalan sudah hampir setahun ini, mula-mula saya tidak terlalu menanggapi karena saya sendiri sudah memutuskan untuk tidak menikah lagi. Tapi beliau menunjukkan keseriusannya ingin berumah tangga dengan saya dan beliaupun akhirnya memilih islam sebagai agamanya. Walaupun keluarganya bukan keluarga santri, dan beliau sendiri sendiri sebelumnya adalah seorang penyanyi gereja yang taat. Namun saya tetap menerimanya karena beliau akhirnya memilih islam sebagai agamanya.Dan hubungan kami tidaklah mulus begitu saja. Banyak teman-teman dari beliau yang menegurnya dan mencemoohnya dan berkata 'Mengapa seorang pria dengan style tinggi kayak kamu mau berpacaran dengan TKW, bahkan memutuskan untuk menikah...?' belum lagi telpon dari sahabatnya di jakarta yang setahu saya memang suka sama beliau. Sahabatnya itu marah-marah dan mengatakan 'Hey, kamu yang namanya Nur yah...? apa kamu tidak tahu malu, berani-beraninya berpacaran dengan penyanyi gereja yang handal dan bergelar S2....?' Tahu gak dhek...apa jawaban saya waktu itu...?"
"Mbak jawab apa...?" tanyaku penasaran.
"Maaf mbak..., saya mau tanya di sebelah mbak sekarang telpon ada tong sampah gak yah...? Tolong mbak ngomongnya di hadapkan pada tong sampah ya mbak, agar kata-kata mbak tadi masuk ke dalam tong sampah, karena telinga saya hanya untuk mendengarkan kalimat yang baik-baik, bukan kalimat cacian dari mbak." katanya menerangkan di iringi dengan akhiran tawa kecil.
Aku dan mbak martin pun turut tertawa kecil mendengarkan penjelasan tersebut. Begitulah beliau selalu mempunyai cerita-cerita menarik dan petuah-petuah yang cukup berbobot. Dengan kelembutan budi bahasanya beliau seringkali mampu menenangkan hati para sahabatnya yang di rundung duka. Telah banyak teman-teman dari dunia tomboy dan lesbian yang mampu di ajaknya untuk kembali ke kodratnya sebagai seorang wanita. Pengalaman dan pengetahuan agamanya tak di ragukan lagi, menurutnya mengajarkan kebaikan harus dengan hati barulah tutur kata di sertai tindakan sebagai contoh teladan baik.
*Terinspirasi dari kisah Ainurrohmah yang hendak melangsungkan pernikahan keduanya sekitar awal juli 2011. semoga menjadi keluarga Sakinah, Mawadah Warohmah... amien..."
*Karya: Al-Khansa Khasanah Roudhotul Jannah*
*** Seindah Mekarnya Bunga ***
Ada rasa ...
Di relung jiwa
Tumbuh mekar berseri
Indah... harum mewangi
Ada rindu...
Di relung qolbu
Kian tumbuh bergelora
Syahdu...bersymphoni cinta
Ada bahagia...
Serasa penuhi dunia
Kala indahnya rasa
Tumbuh bersemi di dalam dada
Seindah mekarnya bunga
Gelora rasa di palung jiwa
Penuh alur nan berliku
Rasa kini melanda jiwaku
Seindah mekarnya bunga
Getar rindu dalam dada
Mengalun mesra
Penuh pesona...
Seindah mekarnya bunga
Cinta yang kini ku rasa
Kian tumbuh indah
Berseri menuai berkah...
*Karya: Al-Khansa Khasanah Roudhotul Jannah*
*** Ada Cinta di Matamu ***
Di persimpangan senja nan menguning bening
Kau datang membawa selaksa warna pelangi
Membiaskan keanggunan istana beraroma gading
Dalam rengkuhan bayu syahdu bernyanyi
Seulas senyum manis terkulum
Terkatup bibir membisu tanpa kata
Debaran jantung riuh berdentum
Berolah mesra lentik jemari merajut keindahan kata
Pujangga di batas senja nan sunyi
Lentik bulu matamu berkedip melagukan rindu
Selaras tatapan netramu menyimpan sebuah arti
Dalam gemulai gerakan bola mata sayu
Ku terjaga dari lamunan
Detik ketika sapa bertamu
Salam hangat penuh ketulusan
Berada senja memadu rindu
Kurasakan keteduhan di tiap sorotan netra
Walau bibirmu setia membisu
Namun gejolak hatimu getarkan angkuhnya jiwa
Akupun terpesona akan kesabaranmu meredam rindu
Ada cinta di sana
Di syahdunya tatapan netramu
Hati bahagia kala kau ungkap segalanya
Kelembutan kasihmu pun kian meluncur melagukan kalimat rindu
Sungguh kurasa indahnya rasa
Kala hadirmu kian meramu
Meracik aneka resep langka
Sebagai pengobat segala rindu...
*Karya: Al-Khansa Khasanah Roudhotul Jannah*
Wednesday, November 9, 2011
*** Diantara Dua Samudera ***
Kekasih hatiku...
Luasnya samudera menjadi hiasan cinta kita
Tarian ombaknya melambangkan besarnya gejolak asmara
Riuh deburan ombak dipantai adalah lukisan semngat juang kita
Dalam menggapai keindahan cita, cinta dan rasa
Luasnya samudera bukanlah pengalang
Jauhnya jarak yang melintang
Adalah gambaran rasa yang telah kita orientasikan jauh tertuang
Hamparan pasirnya lukiskan kesabaran yang kian menantang...
Dan...hembusan angin lembutnya
Adalah nafas cinta kita
Halus lembut membelai rasa
Ciptakan kedamaian di sekitar kita
Nyiur yang melambai
Menghiasi keindahan pantai
Menjadi bentuk restu terhadap kedua mempelai
Meniti jalur hidup lalulintas keidahan cinta yang akan kita capai
Hingga keahagiaanlah yang menanti
Untuk kita segera kembali menepi
Di luasnya dermaga cinta bertabur keharuman melati
Dan keindahn rasa yng tiada bertepi....
*Karya: Al-Khansa Khasanah Roudhotul Jannah*
Luasnya samudera menjadi hiasan cinta kita
Tarian ombaknya melambangkan besarnya gejolak asmara
Riuh deburan ombak dipantai adalah lukisan semngat juang kita
Dalam menggapai keindahan cita, cinta dan rasa
Luasnya samudera bukanlah pengalang
Jauhnya jarak yang melintang
Adalah gambaran rasa yang telah kita orientasikan jauh tertuang
Hamparan pasirnya lukiskan kesabaran yang kian menantang...
Dan...hembusan angin lembutnya
Adalah nafas cinta kita
Halus lembut membelai rasa
Ciptakan kedamaian di sekitar kita
Nyiur yang melambai
Menghiasi keindahan pantai
Menjadi bentuk restu terhadap kedua mempelai
Meniti jalur hidup lalulintas keidahan cinta yang akan kita capai
Hingga keahagiaanlah yang menanti
Untuk kita segera kembali menepi
Di luasnya dermaga cinta bertabur keharuman melati
Dan keindahn rasa yng tiada bertepi....
*Karya: Al-Khansa Khasanah Roudhotul Jannah*
*** Jiwaku Ada Di Sana ***
Ragaku masih di sini
Namun anganku tlah kembali
Ke pangkuan ibu pertiwi
Diantara desir angin beraroma wangi
Yah... di sana...
Diantara wangi hamparan tanah sawah
Diantara riuh tari capung berwarna
Dan detak kaki belalang sawah....
Namun anganku tlah kembali
Ke pangkuan ibu pertiwi
Diantara desir angin beraroma wangi
Yah... di sana...
Diantara wangi hamparan tanah sawah
Diantara riuh tari capung berwarna
Dan detak kaki belalang sawah....
Diantara riuh gerak petani
Menuai kuningnya padi
Di bawah terik mentari
Menyinari luasnya bumi pertiwi
Di sanalah...
Angan dan hatiku kini berada
Diantara desir angin senja
Menawarkan berjuta rasa
Tumpukan jerami kian meninggi
Terpisahkan dari bulir-bulir padi
Para petani bergirang hati
Bulir padi padat berisi
Indahnya suasana desa
Melekat erat di belantara sukma
Aroma wanginya telah terasa
Merasuk di dalam jiwa
Ragaku masih di sini
Namun jiwaku tlah kembali
Menuai milyaran bulir padi
Di pangkuan ibu pertiwi...
*Karya: Al-Khansa Khasanah Roudhotul Jannah*
*** Indahnya Karya Cipta ***
Desir angin lembut menyapa
Membelai mesra wajah telaga
Sampaikan salam dari surga
Untuk seisi dunia fana
Gemuruh air terjun
Riuh mengalun
Percikan sejuknya tersusun
Meresap ke ubun-ubun
Liku aliran air telaga
Seindah fitur dasar telaga
Berbatu indah tertata
Alami mesra tercipta
Bening airnya jernihkan rasa
Tiada lelah kedua mata
Nikmati keindahan panorama
Yang terhampar di sekitar telaga
Sungguh indah tiada terkira
Tak cukup untaian kata-kata
Tuk lukiskan keindahan karya
Karya cipta Allah Yang Esa...
*Karya: Al-Khansa Khasanah Roudhotul Jannah*
*** Mana Janji Manismu ***
Lihat...lihatlah...
Jerit tangis yang kian memecah
Diantara hamparan rerongsokan
Di atas puing-puing berserakan
Di manakah ayah bundanya
Di manakah handai taulannya
Mengapa di biarkannya sendiri
Tiada pengasuh menemani
Mengapa harus ada potret pilu
Gadis mungil menangis tersedu
Inikah bukti hilangnya kasih
Hingga merebak jerit merintih
Hai... kau yang bergelimang harta
Adakah jiwamu tergetar melihatnya
Kala menyaksikan jeritan pilu
Yang terpampang di hadapanmu
Hai... kau sang pejabat negara
Di atas kursi mewah kau berjaga
Apa yang kau lakukan
Tatkala rakyatmu butuh sentuhan
Hai ... kau para pemimpin negeri
Di manakah janji yang pernah tersaji
Tuk musnahkan derita rakyat jelata
Dan ciptakan kemakmuran di bumi persada...
*Karya: Al-Khansa Khasanah Roudhotul Jannah*
Subscribe to:
Posts (Atom)