السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Sunday, November 13, 2011

==> Sungguh Luar Biasa <==


Siang terlihat terus beranjak meniti hari yang kian sepi dengan iringan riuh suara mesin-mesin jalanan. Dan di telinga kiriku menempel hp jadul kesayanganku dan tentu saja ada suara seseorang di dalamnya. Suara seorang sahabatku yang jauh di seberang, seorang bidadari kecil dengan suara yang lembut mendayu. Lagi asyik-asyiknya ngobrol suara hp jadul di pojok mejapun berbisik untuk sesaat, rupanya cuma misscall. Sambil tetap fokus ndengerin suara si bidadari kecil, aku pun segera melihat daftar list nama dan nomer telpun yang masuk daftar merindukan suaraku, ehem... sedikit pede neh... Masih enggan untukku berlalu dari suara bidadari kecil ini, hingga pihak operator menyalakan alarm pertanda pulsa limit dan harus segera offline dari calling-mengcalling... (wah ini bahasa mana neh, bisa kena komplin guru bahasaku neh kalau ketahuan) .
Tak berapa lama kemudian aku pun segera undur diri dan mengucapkan salam perpisahan dan belum sempet ku mendengar salam balasan namun suara telpon sudah tut tut tut....

Selanjutnya akupun segera mengambil hp jadul di pojok meja yang sempet berbisik sesaat. Segera aku menelpon balik ke nomer tersebut. Seorang sahabat di Hong Kong yang sama-sama terlibat dalam organisasi. Tak berapa lama telponku pun segera di angkatnya. Salam berbalas salam, teriring sapa canda ciri khas kami sebelum memulai pembicaraan ke arah yang lebih serius. Sesaat kemudian beliau mulai mengutarakan maksud dan tujuannya menelponku. Ternyata ingin membicarakan seputar tumpeng nasi kuning yang akan aku pesan.

"Dhek, saya mau nanya... tumpeng yang untuk minggu ketiga apa sudah di pesankan ke toko indonesia?" Tanya beliau dengan penuh santun dan kelembutannya.
"Saya minta tolong pada mbak ida untuk memesankannya mbak, sudah di pesankan atu belum saya kurang tahu mbak..." Jawabku sedikit menerangkan dan berusaha membalasnya dengan suara lembut, walaupun tak selembut dan sesantun beliau.
"Gini dhek... mbakyu angkat saya kan insya Allah mau datang ke acara nanti, subhannalloh.... beliau menawarkan bantuan untuk memasak, beliau juga bisa membuat nasi tumpeng... bagaimana kalau adhek pesan nasi tumpeng sama mbakyu angkat saya saja. Kebetulan tadi saya sudah tanya mbak Ida, beliau bilang pesenan adhek belum di pesenin. Bagaimana dhek...?" Tanyanya menggantung menunggu jawabanku.
"Kalau memang belum di pesenin ya gak apa-apa mbak, makasih banget kalau gitu ya mbak." Jawabanku mengakhiri bahasan tentang nasi tumpeng.

Dan kami pun masih melanjutkan obrolan ke lain topik, dan kebetulan di dalam juga ada seorang teman lagi yang turut dalam conference call. Kami bertiga asyik berbincang-bincang hingga tiba pada pembahasan seputar jodoh. Seperti biasa aku menjadi obyek yang di bahas terlebih dahulu. Mulai dari pertanyaan menyelidik soal pacar dan kriteria pendamping idaman yang aku dambakan. Dengan gamblang akupun memberikan gambaran bahwa setiap wanita tentunya ingin seorang pendamping lelaki sholeh yang mampu menuntunnya dan menjadi imamnya. Namun setiap lelaki juga ingin mempunyai seorang istri yang sholehah dan paling tidak mempunyai dasar-dasar ilmu agama yang setara dengannya. Sedangkan saya hanyalah wanita biasa yang tidak mempunyai dasar agama yang cukup. Saya tidak pernah mengenal yang namanya pesantren, bahkan saya mengalami pendidikan di sebuah sekolah swasta, sekolah katholik selama enam tahun. Keluarga saya juga bukan dari keluarga santri, apa mungkin saya mendapatkan seorang pendamping yang sesuai dengan kriteria yang saya dan kebanyakan wanita idam-idamkan...?

Pertanyaanku di balasnya dengan pertanyaan balik, "Dhek tahukah kau siapa ayah Ali bin Abi Tholib? Dan tahukah siapa Abu Jahal dhek... pamannya Nabi Muhammad saw, yang jelas-jelas menentang perjuangan Nabi dalam menyiarkan agama islam. Nabi Muhammad yang seorang Rasul saja tidak pernah memandang latar belakang keluarga Ali  ketika hendak menikahkan Ali dengan putrinya, Siti Fatimah. Itu semua atas kuasa Allah swt. Dan apa yang terjadi selanjutnya? Setelah Ali ada dalam genggaman Rosullulloh saw, akhirnya Ali bin Abi Thalib menjadi seorang pemimpin besar yang membela islam. Begitu juga cucu beliau, Hasan dan Husein yang terkisah dalam peristiwa karbala. Coba pahami dhek... kita bisa belajar dari teladan yang di berikan oleh Rosullulloh saw. Jika ada seorang lelaki yang sholeh dan menaruh hati padamu,namun setelah lelaki itu mengetahui latar belakang keluargamu akhirnya memilih untuk meninggalkanmu, maka percayalah dia bukan yang terbaik untukmu.

Seorang ustadzah menikah dengan seorang ustad itu biasa
Seorang anak kiai menikah dengan seorang anak kiai itu biasa
Seorang laki-laki sholeh menikahi seorang wanita sholeh itupun hal biasa

Tapi bila seseorang yang sholeh kemudian menikahi seorang wanita yang tak tahu agama atau katakanlah menikahi wanita yang jelas-jelas bukan dari keluarga santri... atau seorang ustad menikahi wanita yang pernah hidup penuh maksiat, atau sebaliknya seorang ustadzah menikahi lelaki mantan pembunuh dan penjahat kelas kakap misalnya. Nah yang ini SUNGGUH LUAR BIASA.
Mengapa...? karena di sinilah letaknya syiar islam yang sesungguhnya. Inilah tantangan dan kesempatan bagi lelaki sholeh itu untuk menuntun si istri dan menyulap keluarga dari pihak istri yang tadinya bukan keluarga santri menjadi keluarga santri. Dan di sini ada peluang untuk menyadarkan yang dulunya hidup penuh maksiat menjadi seorang hamba yang penuh kesadaran dan pertobatan yang senantiasa berjuang untuk mempertebal keimanan."

Aku dan temanku pun serius mendengarkan wejangan beliau, sambil sesekali menimpali sebagai tanda bahwa kami masih setia mendengarkan petuah beliau yang memang sangat berbobot tersebut. Hingga akhirnya beliau pun bercerita.

"Dhek, adhek tahu siapa calon suami saya...? Seorang penyanyi gereja di jakarta dengan gelar S2. Semula hanya perkenalan biasa dan saudara saya yang mengenalkan. Tapi beliau sebelumnya memang sudah pernah melihat foto-foto saya. Kami berkenalan sudah hampir setahun ini, mula-mula saya tidak terlalu menanggapi karena saya sendiri sudah memutuskan untuk tidak menikah lagi. Tapi beliau menunjukkan keseriusannya ingin berumah tangga dengan saya dan beliaupun akhirnya memilih islam sebagai agamanya. Walaupun keluarganya bukan keluarga santri, dan beliau sendiri sendiri sebelumnya adalah seorang penyanyi gereja yang taat. Namun saya tetap menerimanya karena beliau akhirnya memilih islam sebagai agamanya.Dan hubungan kami tidaklah mulus begitu saja. Banyak teman-teman dari beliau yang menegurnya dan mencemoohnya dan berkata  'Mengapa seorang pria dengan style tinggi kayak kamu mau berpacaran dengan TKW, bahkan memutuskan untuk menikah...?' belum lagi telpon dari sahabatnya di jakarta yang setahu saya memang suka sama beliau. Sahabatnya itu marah-marah dan mengatakan 'Hey, kamu yang namanya Nur yah...? apa kamu tidak tahu malu, berani-beraninya berpacaran dengan penyanyi gereja yang handal dan bergelar S2....?' Tahu gak dhek...apa jawaban saya waktu itu...?"

"Mbak jawab apa...?" tanyaku penasaran.
"Maaf mbak..., saya mau tanya di sebelah mbak sekarang telpon ada tong sampah gak yah...? Tolong mbak ngomongnya di hadapkan pada tong sampah ya mbak, agar kata-kata mbak tadi masuk ke dalam tong sampah, karena telinga saya hanya untuk mendengarkan kalimat yang baik-baik, bukan kalimat cacian dari mbak."  katanya menerangkan di iringi dengan akhiran tawa kecil.

Aku dan mbak martin pun turut tertawa kecil mendengarkan penjelasan tersebut. Begitulah beliau selalu mempunyai cerita-cerita menarik dan petuah-petuah yang cukup berbobot. Dengan kelembutan budi bahasanya beliau seringkali mampu menenangkan hati para sahabatnya yang di rundung duka. Telah banyak teman-teman dari dunia tomboy dan lesbian yang mampu di ajaknya untuk kembali ke kodratnya sebagai seorang wanita. Pengalaman dan pengetahuan agamanya tak di ragukan lagi, menurutnya mengajarkan kebaikan harus dengan hati barulah tutur kata di sertai tindakan sebagai contoh teladan baik.

*Terinspirasi dari kisah Ainurrohmah yang hendak melangsungkan pernikahan keduanya sekitar awal juli 2011. semoga menjadi keluarga Sakinah, Mawadah Warohmah... amien..."

*Karya: Al-Khansa Khasanah Roudhotul Jannah*

No comments:

Post a Comment