السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Monday, November 7, 2011

==> Misteri Gitar Tua <==

Senja kian sunyi, tatkala desir angin menyapa dan menyisir hamparan rumput kering di pelataran sebuah bungalow milik seorang saudagar china yang kaya raya. Sedan lux hitam mengkilat terparkir tak jauh dari gerbang utama. Deretan aneka warna bunga dan tanaman hias menghiasi halaman bungalow yang terhitung lux dan megah itu.

Di samping bangunan megah itu terlihat seorang wanita paruh baya duduk menikmati hidangan senja, secangkir chinese tea dan sepiring kue kering buatan tangan pembantu kesayangannya. Sembari mengunyah kue kering di mulutnya, matanya tertuju ke arah pintu samping yang nampaknya tidak di tutup itu. Seperti mencari sesuatu, atau mungkin sedang menunggu seseorang yang di nantinya. Kembali pandangan matanya menyapu hamparan rumput kering yang berserakan di sisir desiran angin senja. Kembali di seruputnya chinese tea dalam cangkir mungil nan mewah itu. Sembari memandang ke arah pintu. Senyumnya nampak berbinar, tatkala yang di tunggunya hadir menyeruak dengan membawa sebuah gitar tua kesayangannya.

"Sasa, kem loy ge...? (Sasa, kok lama banget...?)"  Suaranya datar menanya, seraya menampakkan wajah seolah ngambek namun di sertai senyuman ramah dan lirikan manjanya.
"Mbo iesyi thai thai, dao sin siu ce kiu ngo pong ha ghoe. (Maaf Nyonya, tadi nona nyuruh saya coba membantunya)."  Kata gadis mungil itu menerangkan dengan senyum renyahnya, sembari memberikan gitar tua yang di bawanya kepada majikannya.

Wanita paruh baya itupun segera menyambut gitar tua kesayangannya. Dengan lincah jari-jemarinya mulai menari diantara senar-senar gitar tua itu. Dentingan syahdu yang terdengar begitu merdu, membuat Sasa hanyut dalam lantunan nda-nada symphoni yang mengalun dengan indah. Sebuah lagu mandarin berjudul "Ni ce mo shuo" milik Teng Li Cin, seorang artis Taiwan yang telah lama meninggal di usia muda, mulai di nyanyikannya. Di sambut lirikan dan senyum ramah wanita paruh baya itu. Keduanya nampak sepakat tuk bernyanyi duet, lewat sorot mata yang saling bertautan.

Betapa indahnya kebersamaan itu, seolah tiada jeda antara majikan dan pembantu. Kehangatan tercipta begitu hangat di penghujung senja yang indah kala itu. Keduanya hanyut dalam syahdunya romansa dentingan merdu gitar tua. Selesai satu lagu berganti lagu lain. Ternyata wanita paruh baya itupun mahir dalam mendendangkan lagu-lagu oldies tahun '80 an. Dan si mungil Sasa pun nampaknya tak kalah perfect dalam menyanyikan lagu-lagu oldies kesayangan majikannya itu.
Tak ayal bila kehangatan senja itu sempet membuat cemburu putri bungsu sang majikan, yang tanpa sepengetahuan mereka sempat mengintip di balik jendela kaca tepat di belakang keduanya melantunkan nada-nada indah bernuansa syahdu mendayu itu. Saat itulah kedua mata Sasa menangkap kehadirannya. Sasa pun segera menyapanya dengan senyum ramahnya dan ceria yang slalu lekat di wajahnya.

"Siu ce, yat chai lah... ngo tei dong mammi yat chai cong ko hou mo...? (Nona,gabung yuk... kita nyanyi bareng mammi mau gak...?"  Seraya melambaikan tangannya ke arah gadis chinese berambut panjang yang berdiri di balik jendela. Sementara yang di ajak hanya geleng kepala, sambil menunjukkan wajah jealousnya.

Sasa pun memahami apa yang sebenarnya ada dalam benak anak asuhnya itu. Segera iapun undur diri dari hadapan majikannya, dan segera menghampiri gadis cantik yang ternyata bernama Angel Lim itu.
Setengah berlari Sasa menyeruak ke dalam bangunan mewah itu dan segera menghampiri Angel yang ternyata telah berjalan menuju "Study Room" tempatnya nongkrong berjam-jam karena tugas sekolahnya yang se-abreg itu. Sasa segera merangkul Angel yang masih bermuka masam itu, bahkan dengan sengaja wajahnya di bikin semasam mungkin, membuat Sasa geli melihat tingkah anak asuhnya itu. Tangannya segera meraih pundak Angel sambil sedikit menggodanya.

"Hey... my pretty Angel... what happen with your pretty face... why i see something dark in your face... is it going to be rinning...? hehehe... Smile please... " Godanya sambil memegang dagu putih Angel.
"Why you go so long, just now you tell me that you will be hurry to come in, but what you do...? You singing with my mother..." Dengan wajah sewotnya Angel mulai beraksi membuat pembantunya terpana sesaat. Belum sempet Sasa memberikan alasan, Angel kembali sewot.
"Don't you know...? i have no time..., all my home work must finish today. I need to type all of this, and i still need to do another home work. You promise will help me, why you always help my mother first...? you make me angry..."  Derai air matanya mulai tumpah membasahi kedua belah pipinya yang putih mulus tanpa jerawat. Membuat Sasa iba menahan tawa. Lalu Sasa segera menenangkan hati momongannya itu.
"Ok, my pretty Angel... i'm so sorry about it. And please no more cry ok...? Don't worry, i promise will type all of this for you. Promise me, no more cry... smile please..." Sambil menatap tajam wajah mungil di hadapannya. Sementara yang di tatap nampaknya masih belum bisa tersenyum.
"Please... i need your smile, without your smile i can't do anything." Seraya menunjukkan wajah memelas dan sedikit menahan tawa.

Akhirnya bidadari kesayangannya pun kembali tersenyum ceria walaupun masih sedikit tersisa merah rona wajahnya akibat tangisnya yang sempet mampir di senja yang indah kala itu.Begitulah, keduanya nampak dekat. Enam tahun sudah Sasa bekerja di rumah mewah itu. Sasa merasa seperti berada di tengah-tengah keluarganya sendiri, karena keramahan dan kasih antara mereka yang tulus. Sasa begitu menyayangi Angel, begitupula sebaliknya. Mereka ibarat sahabat karib yang susah di pisahkan. Angel akan lebih memilih makan di rumah daripada menghadiri undangan makan teman-temannya atau keluarga dekatnya. Walaupun terkadang Sasa hanya memasak masakan simple kesukaan Angel.

Sebenarnya Sasa juga tergolong galak dan keras, tidak semua keinginan Angel di turutinya. Apalagi ketika berat badan Angel melebihi batas normal ukuran seorang gadis remaja. Sasa sering mengurangi porsi makan Angel, terutama makanan yang berkolesterol seperti daging. Sasa sendiri lebih suka memasak sayuran untuk dirinya sendiri dan untuk Angel, tatkala hanya berdua tinggal di rumah mewah itu.Senja kian beranjak meniti malam, saatnya bagi Sasa tuk meninggalkan Angel dan melakukan rutinitas senjanya.

*Ikuti kelanjutan kisahnya dalam novel berjudul "Misteri Gitar Tua" buah karya Khasanah Roudhotul jannah*

No comments:

Post a Comment